Minggu, 03 April 2011

Tugas minggu 12 " perekonomian Indonesia"

Nama : Eka Sari Tilawati
kelas : 1 EB 18
NPM : 22210296

KEBIJAKAN EKSPOR PEMERINTAH UNTUK MENANGGULANGI KONDISI EKONOMI SAAT INI
Indonesia hanya memiliki rasio ekspor terhadap PDB sekitar 30 persen sebelum terjadinya krisis global, suatu rasio yang hanya sedikit lebih baik dibandingkan India.
Itulah sebabnya dampak krisis global terhadap perekonomian Indonesia relatif terbatas. Meskipun demikian, merupakan suatu hal yang menarik untuk melihat lebih jauh apa yang terjadi terhadap perkembangan ekspor kita selama tahun-tahun krisis tersebut. Itulah sebabnya, angka ekspor Indonesia di bulan Desember 2009 lalu merupakan data yang sangat penting. Dalam pengumuman angka ekspor - impor tersebut, kejutan paling penting adalah bahwa ekspor bulan Desember 2009 ternyata mencapai rekor baru, yaitu sebesar USD13,33 miliar.Angka ini melampaui pencapaian tertinggi sebelumnya pada Mei 2008 yang mencapai USD12,89 miliar.
Kita mengetahui, Mei 2008 adalah bulan di mana harga-harga komoditas berada di sekitar puncaknya. Ini berarti angka ekspor hampir USD13 miliar itu sebagian di antaranya akibat kenaikan harga komoditas yang sangat tinggi. Adapun harga komoditas pada Desember 2009 berada pada tingkat yang jauh lebih rendah sebagaimana ditunjukkan harga minyak yang hanya mencapai sekitar USD70 - 80 per barel dibandingkan USD140 pada pertengahan 2008. Oleh karena itu, kinerja ekspor pada Desember 2009 merefleksikan pencapaian volume ekspor yang lebih besar. Ini berarti dampak ekspor terhadap kontribusi pertumbuhan PDB menjadi lebih signifikan lagi pada Desember 2009.

Yang juga menarik, dalam laporan tersebut termuat pencapaian ekspor tiga komoditas penting, yaitu batu bara, kelapa sawit, dan karet. Ketiga komoditas tersebut sering saya gunakan sebagai pembanding kebangkitan sektor komoditas Indonesia.Pada 2008, ketiga komoditas tersebut menghasilkan ekspor sekitar USD34 miliar. Angka ini lebih besar dibandingkan nilai ekspor minyak dan gas yang mencapai sekitar USD29 miliar. Pada 2009,total ekspor batu bara, kelapa sawit, dan karet kembali mencapai hasil sekitar USD31 miliar, tetapi dengan sedikit perubahan komposisi, yaitu batu bara melampaui nilai ekspor kelapa sawit.

Adapun nilai ekspor minyak dan gas menurun jauh menjadi hanya sekitar USD19 miliar. Ini berarti pencapaian ekspor ketiga komoditas penting tersebut didukung volume yang lebih besar dan memiliki potensi berkembang lebih jauh. Dengan melihat perkembangan tersebut, kita memiliki dasar yang lebih kuat dalam memprediksi kinerja ekspor pada 2010. Pertama, jika kita melihat perkembangan sepanjang tahun, ekspor 2009yang mencapai USD116 miliar telah mengalami penurunan hampir 15 persen. Penurunan ini jelas tidak kecil, tetapi jauh lebih rendah dibandingkan prediksi awal 2009 lalu yang jauh lebih besar penurunannya.

Oleh karena itu,kalau hanya melihat data tersebut, kita akan memperoleh gambaran yang agak mixedterhadap ekspor. Kedua,jika kita melihat perkembangan ekspor secara kuartalan, kuartal IV/2009 lalu telah memberikan kenaikan sebesar hampir 24 persen terhadap ekspor pada periode yang sama tahun 2008. Angka ini memberikan gambaran yang lebih cerah bagi prediksi ekspor pada 2010. Ketiga, penggunaan data sepanjang tahun 2009 bisa misleading karena ekspor tahun 2009 tersebut mengalami pergeseran (shift) ke bawah dari tren jangka panjang ekspor kita. Dengan melihat data ekspor kuartal IV-2009, kita bisa melihat bahwa perkembangan ekspor Indonesia mulai mengarah kembali ke arah tren jangka panjang meski belum sepenuhnya.

Berdasarkan hal-hal tersebut, saya memprediksi ekspor kita dengan menggunakan titik tolak kinerja ekspor kuartal IV-2009. Dalam hal ini, prediksi ekspor sepanjang tahun 2010 dapat menggunakan angka tersebut dikalikan empat sehingga memberikan hasil sekitar USD144 miliar atau mungkin untuk konservatifnya dibulatkan ke bawah sehingga menjadi USD140 miliar. Jika kita menggunakan tingkat pertumbuhan lima persen saja dari ratarata ekspor tersebut, akan diperoleh angka ekspor sekitar USD150 miliar. Perkembangan tersebut berarti pertumbuhan tahunan antara 20–30 persen,suatu angka yang mungkin dianggap terlalu optimistis.

Kendati demikian, sebetulnya kalau kita melihat angka tren jangka panjang,ekspor Indonesia pada 2010 seharusnya mencapai lebih dari USD170 miliar, bahkan mungkin mendekati USD200 miliar. Ini berarti prediksi tersebut telah mencerminkan pemulihan sebagian ekspor ke tren jangka panjangnya. Perkembangan ekspor pada kuartal IV-2009 juga menunjukkan kontribusi ekspor terhadap per-tumbuhan PDB pada kuartal IV juga besar. Pertumbuhan ekspor yang mencapai hampir 24 persen pada kuartal tersebut (dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya) semakin memperkuat dugaan saya bahwa pertumbuhan ekonomi pada kuartal terakhir tahun 2009 sangat mungkin melebihi bayangan kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar